banner 728x250

Antara Susilo Bambang Yudhoyono, Sutarman dan Kritik

judul gambar
Kapolri Jenderal Polisi Sutarman, Perubahan di wajah Kepolisian
Kapolri Jenderal Polisi Sutarman, Perubahan di wajah Kepolisian
Gambar ilustrasi dari majalah TEMPO tentang Kepolisian 11 Maret 2011
Gambar ilustrasi dari majalah TEMPO tentang Kepolisian 11 Maret 2011
Susilo Bambang Yudhoyono, acung jempol.
Susilo Bambang Yudhoyono, acung jempol.

Ada 2 polemik yang menarik dalam minggu ini, yaitu pernyataan Kriminolog UI, Adrianus Meliala dan Florence Sihombing. Keduanya mengkritisi sebuah keadaan yang dianggap benar-benar terjadi, yang kemudian disusul dengan permintaan maaf. Juga dari kedua orang yang membuat pernyataan tersebut.

Saat mengunduh youtube sebagai referensi atas opini ini, saya menangkap pernyataan Meliala sebagai berikut,

judul gambar

“Pekerjaan sebagai reskrim cenderung dianggap sebagai ATM nya POLRI”

Pernyataan ini kemudian mengundang perasaan tidak enak bagi seorang Kapolri Jenderal Polisi Sutarman. Bagi masyarakat, ungkapan ini adalah anggapan “rahasia umum” yang sudah melekat lama di masyarakat. Perasaan antipati terhadap institusi kepolisian yang selama ini digambarkan sebagai institusi yang paling enggan disentuh masyarakat. Sebelum menjabat, kedudukan Jenderal Polisi Sutarman adalah sebagai kabareskrim kemudian menjadi Kapolri menggantikan Jenderal Polisi Timur Pradopo.

Pada awalnya, menurut pendapat beberapa kalangan, saat Sutarman menjabat sebagai bareskrim, ungkapan bareskrim sebagai “ATM” nya Polri bukanlah sebuah rahasia umum. Saat Sutarman naik menggantikan Timur Pradopo menjadi Kapolri, kalangan ini pesimis bahwa Sutarman mampu memegang tampuk tertinggi di institusi terdepan penegak hukum negeri ini. Memasuki jabatannya, masyarakat melihat banyak perubahan yang telah dilakukan oleh Sutarman, selaku Kapolri yang baru. Sutarman telah mampu mengubah wajah kepolisian terasa lebih segar, humanis, dan tidak terkesan “sangar”. Masyarakat juga menilai, polisi sekarang lebih ramah.

Pernyataan Meliala adalah pernyataan murni pernyataan seorang kriminolog dalam koridor profesinya. Pernyataan yang didasari pada keadaan-keadaan yang sebenarnya dari wajah kepolisian yang memang telah tercipta sejak lama. Klarifikasi, pemanggilan, atau apapun juga layak dijalani oleh Adrianus Meliala. Tetapi, permintaan maaf dilakukan bila memang Adrianus Meliala terbukti melakukan kesalahan. Beberapa kelompok masyarakat menilai bahwa Meliala tidak perlu meminta maaf. Apalagi sampai permintaan maaf tersebut dilakukan secara resmi dan terbuka.

Masyarakat seperti menonton sebuah rekaman ulang masa “orde baru”. Gambaran komisioner Kompolnas yang menjalankan profesinya, mencoba membuka fakta dan melakukan kritisi. Kapolri marah dan “ngambek”. Sang komisioner menjadi ketakutan lalu meminta maaf.

Saya kira, Sutarman perlu belajar dari Susilo Bambang Yudhoyono.

Melihat dari seorang Susilo Bambang Yudhono, baik dirinya sebagai pribadi maupun sebagai Presiden. Berbagai ocehan, ledekan, tudingan, tuduhan bahkan hujatan memborbardir dirinya. Tidak ada manusia di muka bumi ini yang tidak bereaksi terhadap keadaan yang menimpanya. Saya merasakan dilema yang harus dihadapi dalam memberikan reaksi terhadap berbagai , ledekan, tudingan, tuduhan bahkan hujatan tersebut. Bila SBY mengumbar apa yang dirasakannya, tentu akan mengecilkan dirinya sebagai seorang kepala negara yang baru saja mengalami reformasi. Selama ini SBY cenderung diam dan menahan sabar saja. Walau kemudian tudingan “lembek” karena dianggap tidak tegas harus ditelannya sebagai bagian yang tidak dapat ditolak.

Bila dibandingkan dengan Sutarman, disinilah saya merasakan ketulusan dan kebesaran hati seorang Susilo bambang Yudhoyono. Terlepas dari apapun masalahnya, saya melihatnya sebagai seorang manusia yang baik. Melihat perjalanan panjang hubungan kepolisian dengan masyarakat, pernyataan Adrianus Meliala seharusnya dapat menjadi kritikan yang baik bagi perbaikan kinerja kepolisian. Sutarman hanya perlu menyikapi dengan berkata, “kritikan Meliala adalah cambuk bagi kepolisian agar kepolisian dapat lebih baik dalam melayani masyarakat”. Tidak akan ada kesan ketakutan dari Adrianus Meliala, tidak ada kesan kesombongan dari seorang Sutarman.Yang ada seorang Meliala yang dengan tegas membuka anggapan yang ada selama ini, disambut dengan seorang Kapolri “hebat” yang disambut dengan besar hati untuk memperbaiki kinerja seluruh jajarannya,  demi kehormatan institusi kepolisian yang dicintai masyarakat.

Selamat Ulang Tahun Korps Bhayangkara, jadilah sahabat bagi kami.

“pujian biasanya memiliki maksud terselubung, kritik membuat kita memperbaiki diri” (lina)

judul gambar

Leave a Reply

Your email address will not be published.