banner 728x250

71 Kerja Nyata, Presiden Jokowi : Kita Bisa Menjadi Bangsa Pemenang

Foto : Presiden Jokowi memberi hormat kepada anggota DPR RI dan DPD RI sebelum menyampaikan pidato kenegaraan, di di Gedung Nusantara MPR/DPR/DPD-RI, Jakarta, Selasa (16/8) siang. (Foto: Rahmad/Humas).
judul gambar

Jakarta, Mediatransparancy.com – Presiden Jokowi mengatakan, sudah 71 tahun Indonesia merdeka, kita belum mampu memutus rantai kemiskinan, memutus rantai pengangguran, memutus rantai ketimpangan dan kesenjangan sosial.

Presiden mengemukakan, setiap Presiden Republik Indonesia telah bekerja keras, telah membanting tulang, telah berjuang untuk mengatasi tiga tantangan tersebut di masanya masing-masing, mulai dari Presiden Soekarno, Presiden Soeharto, Presiden BJ Habibie, Presiden Abdurrahman Wahid, Presiden Megawati Soekarnoputri, sampai masa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

judul gambar

Tantangan yang sama, juga sedang kita hadapi sekarang ini. Perbedaannya, lanjut Presiden, kita menghadapi tantangan tersebut di tengah tatanan baru dunia, di tengah era kompetisi global. “Kompetisi tidak lagi terjadi antardaerah tetapi antarnegara, antarkawasan. Sebuah era dimana semua negara saling terhubung satu sama lain, satu masalah bisa menjadi masalah bagi negara-negara di dunia,” ujarnya.

Ia menyebutkan, sampai sekarang ekonomi global masih mengalami perlambatan. Akibatnya, pertumbuhan ekonomi nasional juga terpengaruh. Namun, lajut Presiden, kita patut bersyukur perekonomian Indonesia pada triwulan pertama tahun 2016 tumbuh 4,92 persen. Bahkan dalam triwulan kedua tahun ini, pertumbuhan ekonomi nasional naik menjadi 5,18 persen.

“Pertumbuhan itu jauh lebih besar di atas rata-rata pertumbuhan ekonomi dunia dan negara-negara berkembang. Pertumbuhan ekonomi Indonesia merupakan salah satu pertumbuhan yang tertinggi di Asia,” kata Presiden Jokowi.

Sementara itu tantangan politik dan keamanan global, menurut Presiden, juga semakin berat dan semakin beragam. Fenomena pergolakan politik di Timur Tengah, misalnya, berdampak pada ketidakstabilan kawasan dan memicu perluasan aksi terorisme di dunia termasuk di Ibukota negara kita.

Presiden lantas mengingatkan peristiwa yang terjadi pada 14 Januari 2016 di Jalan MH Thamrin, Jakarta, saat teroris mencoba menimbulkan kepanikan masyarakat. Namun mereka berhasil digagalkan.

Karena itu, Presiden mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk terus meneguhkan komitmen bersama mencegah dan melawan aksi terorisme. “Mari kita tegaskan bahwa tidak ada tempat untuk terorisme di Nusantara yang ber-Bhinneka Tunggal Ika,” pintanya.

Presiden menegaskan, kita hanya dapat membuat terobosan bagi kemajuan bangsa dan negara kalau pola pikir kita progresif, optimis, dan inovatif. Untuk itu, lanjut Presiden, Pemerintah terus menjalankan proses Revolusi Karakter Mental, yaitu perubahan pola pikir dan perubahan sistem yang dimulai dari berbagai institusi pemerintahan.

Menurut Presiden, selama ini kita terkukung oleh sikap pesimis dan tidak sadar bahwa sebagian dari hambatan kemajuan Indonesia justru datang dari diri kita sendiri. Padahal Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar, bangsa yang pernah menginspirasi negara-negara yang terjajah untuk merdeka, bangsa yang memberikan Pancasila, memberikan Trisakti, memberikan nilai-nilai gotong royong untuk dunia.

Oleh sebab itu, Presiden meminta segenap elemen bangsa agar harus percaya diri, harus yakin, bahwa kita bisa menjadi bangsa pemenang.

Pidato kenegaraan Presiden Jokowi itu dihadiri oleh Presiden ketiga RI BJ. Habibie, Presiden Kelima RI Megawati Soekarnoputri, mantan Wakil Presiden Try Sutrisno, mantan Wakil Presiden Boediono, para pimpinan lembaga negara, para menteri Kabinet Kerja, dan para duta besar negara sahabat.

Penulis : Chris Muryat/rel

judul gambar

Leave a Reply

Your email address will not be published.