JAKARTA, MEDIATRANSPARANCY.COM -Paguyuban Wartawan Katolik Indonesia (PWKI) mengawali dan mendorong budaya terima kasih kepada para tokoh senior bangsa yang hidupnya telah diabdikan sehingga mewarnai perjalanan panjang Indonesia. Seluruh bangsa diajak untuk tidak melupakan mereka yang secara tulus, ikhlas, dan berintegritas mengabdikan dirinya demi masa depan bangsa dan negara.
Wujud sikap terima kasih itu dikemas dalam bentuk pemberian penghargaan bertemakan “TERIMA KASIHKU KEPADAMU” yang diacarakan dalam Buka Tahun Baru Bersama Ke-14 Tahun 2019 diselenggarakan di Gedung Dwi Warna, Lemhannas RI, Jakarta pada, Jum’at (25/01/2019).

Mereka yang menerima penghargaan adalah, Sayidiman Suryohadiprojo, Sinta Nuriyah Wahid, Buya Syafii Ma’arif, KH. A. Mustofa Bisri, Harry Tjan Silalahi, Martha Tilaar, dan Jusuf Kalla.
“Ini hajatan kita semua dari generasi yang muda, jauh lebih muda daripada para tokoh senior tersebut,” tutur Ketua Paguyuban Wartawan Katolik Indonesia (KPWI), Putut Prabantoro.
“Yang punya gawe para wartawan, yang jadi host wartawan. Namun yang menyampaikan penghargaan adalah para tamu. Melalui para tokoh ini juga, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada para tokoh bangsa di seluruh Indonesia yang hidupnya telah diabadikan kepada bangsa dan negara,” ujar Putut Prabantoro.
Yang dimaksud penyampai penghargaan adalah Laksda TNI Edi Sucipto (IKAL PPSA XXI dan Gubernur AAL yang baru), Thomas Yusman (IKAL PPSA XXI dan Ketua Umum Kadin Provinsi Babel), Saraswati Rahayu (Puteri dari Hasyim Djojohadikusumo), Ferdinandus Setu (Plt. Kepala Biro Humas Kemekominfo), Alicia Maria Solangia Djilin (Finalis Miss Indonesia dari Sulawesi Barat), Hargo Mandirahardjo (Ketum PP Ikatan Sarjana Katolik Indonesia), Teguh Santosa (aktivis Muhammadiyah dan Wartawan Senior RMOL), Ariessetyanto Nugroho (pimpinan Universitas Mercu Buana), Maya Damayanti (Pengusaha), Febby Mahendra Putra (Wartawan Senior Tribunnews.com), Dade Salmtessy (Presenter dari MetroTV) dan Katharina Reni Lestari (Wartawan UCANews).
“Dengan thema Terima Kasihku Kepadamu, para wartawan juga ingin memohon do’a restu dari para pelaku sejarah tersebut untuk melanjutkan perjalanan mereka, yakni mengabdi, mencintai dan menjaga NKRI tanpa lelah sebagaimana mereka melakukannya,” paparnya.
Masih kata Putut, dirinya ingin menegaskan, bahwa tidak ada seorangpun yang mampu hidup sendiri tanpa orang lain. “Pada akhirnya sejarah juga yang mencatat bagaimana kenegarawan seorang tokoh akan terjadi. Sejarahlah yang kelak akan memilih tokohnya sendiri dan bukan kita,” kata Putut Prabantoro, yang juga merupakan alumnus Lemhannas PPSA XXI.
Hadir dalam acara ini antara lain adalah Letjen TNI (Pur) Kiki Syahnakri (Ketum Persatuan Purnawirawan Angkatan Darat-PPAD), Gus Fadel Irawan, DR J Kristiadi, M. Abdullah Darraz (Direktur Eksekutif Maarif Institute), Aris Sudjatmiko (Direktur PJT II), Mayjen TNI I. Nyoman Cantiasa (Danjen Kopassus yang baru), Marsma TNI Gustav Broogman (mewakili WAKASAU), Brigjen TNI Tri Hartanta Nugraha (Mabes AD), Franciscus Welirang (Pengusaha).
Selain itu, tampak pula PP Wanita Katolik Republik Indonesia (WKRI), PP Pemuda Katolik, PP Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI), Keluarga Kawanua Katolik (KawKat), Caturida Meiwanto Doktoralina (Ketua Asosiasi Dosen dan Guru Indonesia Provinsi Banten), Mayjen TNI Ivan Pelealu (TAJI Strategis Lemhannas RI), Tuan Guru Udin (pengasuh pondok pesantren, Ishlaah Al-Ummah, Lombok Barat), Lily Wasitova (Ketua Program Working Group Vocational Education YIJ), DR Jimmy Usfunan (Universitas Udayana) dan lainnya.
“Kami mengawali budaya terimakasih kepada mereka yang sudah lanjut usia. Pak Sayidiman Suryohadiprojo usianya sudah 91 tahun. Dalam usia yang mendekati 100 tahun, beliau masih memikirkan negara dan bangsa dengan menerbitkan buku MASYARAKAT PANCASILA ini merupakan hal yang sangat luar biasa,” imbaunya.
“Begitu juga dengan Ibu Martha Tilaar yang usianya lebih dari 80 tahun ternyata telah mempercantik wajah Indonesia melalui make-up bagi para anggota Paskibraka selama 32 tahun. Pak Jusuf Kalla beliau orang luar bisa karena dua kali menjadi Wapres untuk dua presiden yang berbeda. Sudah pasti selama dua kali menjadi Wapres, Pak Jusuf Kalla memberi warna dan arah perjalanan bangsa dan negara,” tegas Putut Prabantoro.[]red
Editor : Ach Zark















