banner 728x250

Implikasi Penutupan Akses Simpang KODAU, ‘NGAWUR’ kata seorang WARGA Jatikramat

judul gambar

KOTA BEKASI, MEDIATRANSPARANCY.COM – Penutupan akses jalur utama Simpang KODAU, berefek dengan sebuah akibat atau sesuatu hal yang memiliki dampak secara langsung kepada masyarakat sekitar, implikasinya terhadap warga RT.04 dan RT.05 mencakup RW.03 Jatikramat, Kecamatan Jatiasih Kota Bekasi. Apalagi tanpa adanya pengalihan arus kendaraan yang baik, dengan kurangnya koordinasi serta tanpa rambu petunjuk arah diwilayah berdampak.

Ketua RT.05/RW.03 Jatikramat, Bambang Tjahyono mengatakan sebenarnya banyak yang ingin disampaikannya, namun ia lebih mengutamakan hanya yang pokok. “Kita sangat berterima kasih atas rasa empati warga yang turut ikut mengantisipasi imbas dari proyek pengecoran akses jalan Simpang Kodau. Semuanya mendadak, karena saya juga baru tau kemarin siang (Sabtu-red),” kata Bambang kepada awak media, Minggu (08/11/2020) siang.

judul gambar
Ketua RT.05/RW.03 Jatikramat, Bambang Tjahyono ikut turun langsung memantau pengaturan lalu lintas diwilayahnya, karena lebih mengutamakan hanya yang pokok. Ia juga sangat berterima kasih atas rasa empati warga yang turut ikut mengantisipasi imbas dari proyek pengecoran akses jalan Simpang KODAU yang akhirnya dibuka lebih cepat dari jadwal seharusnya pada, Minggu (08/11).dok-istimewa

“Diberitahu kondisi jalan komplek untuk dibuka (portalnya), dan kita ambil posisi terbaik. Meskipun warga merasa dilangkahi, apalagi pengumumannya saat itu harus dilaksanakan. Tidak bisa tidak, efeknya, untuk wilayah yang terdampak secara menyeluruh sekitar satu RW,” tutur Bambang

Seperti juga apa yang dikatakan oleh Mundar, warga RT.05/RW.03 bahwa diakuinya proyek memang bagus. tersebut akan lebih memudahkan untuk mobilitas. “Ini sebetulnya proyeknya bagus, namun sangat disayangkan tidak adanya koordinasi denga pihak pimpinan proyek (Pimpro),” ujar Mundhar.

Masih kata Munhar, seharusnya karena dengan menutup akses jalan raya utama, diadakan koordinasi beberapa hari sebelumnya dengan pihak terkait.

“Seperti misalnya dengan pihak kepolisian, dengan kelurahan hingga ke level RT. (Bukan dengan-red) tiba – tiba secara mendadak Ketua RT kita dipanggil untuk dapat menyelesaikan masalah ini,” ulasnya.

“Sejak kemarin, banyak kendaraan melintasi jalur komplek secara otomatis menjadi jalan utama publik, maka seharusnya dibutuhkan peran dari dishub ataupun polisi lalu lintas (lantas). Tidak bisa hanya mengandalkan sukarelawan yang kurang paham traffic pengaturan lalin. Jangan hanya berfokus di proyek pembangunannya saja, akan tetapi dampak dari proyek tersebut (terkait lalu lintasnya),” pungkasnya.

Sementara itu, Hendarto warga RT.04/RW.03 Jatikramat mengatakan bahwa terkait pengalihan arus kendaraan sepihak berpotensi meresahkan. “Jelas ngawur, ngak ada yang jaga, mestinya jelas yang jaga itu LLAJR (Dishub) bukan warga yang jaga,” paparnya.

“(Awalnya) tidak ada komunikasi dengan kami, tau-tau jalan utama di TUTUP. Ini lucu aja, proyek pemerintah yang dikorbankan masyarakat. Lakukan perencanaan yang bagus, melalui proses yang baik jadi tidak akan terjadi hal seperti ini,” tandasnya.

Walaupun akhirnya Akses Simpang (pertigaan) KODAU tersebut, meliputi Jl Raya Jatikramat (arah Jatiasih) – Jl Raya Jatimakmur (arah Pondokgede) – Jl Raya KODAU (arah Kranggan) yang juga telah menimbulkan banjir, akhirnya dibuka lebih cepat, yakni pada hari Minggu pukul 20.30 WIB dari jadwal yang telah direncanakan sebelumnya.[]red

Penulis : Zark
judul gambar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *