SAMOSIR, mediatransparancy.com – Kemarau panjang yang rutin terjadi setiap tahunya dikawasan Danau Toba Sumatera Utara, mengakibatakan lahan-lahan perbukitan mengalami kekeringan. Sehingga, sering terjadi kebakaran lahan. Sejak bulan Juli Tahun 2022. Kebakaran lahan yang sangat luas terjadi di kawasan Danau Toba, salah satunya di Kabupaten Samosir. Bisa dikatakan tahun ini merupakan kebakaran yang paling besar dari tahun sebelumnya.
Rudimanto Limbong selaku Kepala Bidang Penataan, Pengelolaan dan Perlindungan Lingkungan Hidup dan kehutanan di Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Samosir, mengatakan perlunya perhatian serius dari segala lini, demi menjaga kelestarian alam kawasan Danau Toba.

“Hampir setiap tahun kita menyaksikan kebakaran hutan dan lahan di kawasan perbukitan kita. Apakah bukit itu kawasan hutan atau perbukitan milik masyarakat. Tentu karena sudah setiap tahun terjadi kebakaran, meski luasan yang terbakar bervariasi setiap tahun maka semestinya sudah sangat berpengalaman kita semua pihak dalam menyikapi tanda-tanda terjadinya kebakaran lokasi, waktu dan dugaan pelakunya,” ujar Rudimanto. Minggu 7 Agustus 2022.
https://www.mediatransparancy.com/hutan-pinus-tele-kebakaran-pohon-pinusnya-sudah-disadap-diduga-tanpa-ijin/
Namun, menurutnya persoalan ini akan reda dengan sendirinya setelah musim penghujan tiba, terkesan lupa yang sebelumnya terjadi. Menurut Rudimanto Limbong, ada beberapa catatan yang perlu dituntaskan kedepannya.
“Seberapa besar keberpihakan anggaran atau perencanaan dalam mengantisipasi kebakaran ( bukan biaya pemdaman). Ada beberapa teori dan konservasi yang bisa dilakukan untuk mengantisipasi kebakaran. Seperti membuat sekat bakar permanen di lereng lereng bukit. Membuka jalur lintasan minimal selebar 3 meter untuk zona penyangga. Mengaktifkan posko pencegahan dan pengendalian kebakaran hutan dan lahan dari bulan januari sampai Desember. Memetakan lokasi lokasi yang selalu terbakar setiap tahun.”
Kemudian Rudimanto juga berharap supaya pemerintah mengevaluasi kegiatan penyadapan getah Pinus yang didominasi pekerja dari luar Samosir. Sehingga ada dugaan terjadi faktor kecemburuan ( Kasus kebakaran tahun 2022 termasuk kasus yang besar dalam sejarah kebakaran hutan dan lahan.
Selain itu, kata Rudimanto, perlu juga untuk merencanakan gerakan pengolahan lahan tidur menjadi lahan produktif, khususnya lahan milik masyarakat yng didominasi ilalang. Membuat gerakan ‘Desa Hinau’, yaitu gerakan penanaman 1 Jam 1 Desa dengan tanaman-tanaman multi fungsi seperti tanaman buah, kopi dan kayu yang bernilai ekonomi.
“Untuk mendukung gerakan Desa Hijau 1 Ha per desa ini, dinas Lingkungan hidup menyiapkan bibit yang berkualitas melalui persemaian permanen. Bukan pengadaan bibit dari luar kabupaten.”
Rudimanto juga mengapresiasi kehadiran personil dari berbagai instansi dilapangan saat terjadi kebakaran. “Tapi seberapa maksimal semua yang hadir di lokasi berkontribusi terjun langsung memadamkan api ke lokasi-lokasi titik api, dikarenakan kondisi topografi perbukitan yang tinggi dan terjal dan tapak yg terbakar didominasi semak belukar dan ilalang yg cukup rapat. Tidak adanya akses jalan yang dapat dilalui diareal perbukitan yg terbakar.”
“Akankah tahun 2023 dan seterusnya terjadi kebakaran hutan dan lahan dengan segala rutinitas pengulangan yang mengikutinya? Siaga, pantau, usut dan hukum adalah tindakan yang dapat memadamkan api sepanjang masa,” tutup Rudimanto Limbong.