JAKARTA, MEDIATRANSPARANCY.COM –Belakangan ini gejala penurunan dalam dunia pendidikan yang disertai dengan munculnya pola pikir pelajar yang cenderung apatis dan masa bodoh dalam pergaul baik di sekolah serta lngkungan keluarga.
Bahkan paham sejenia radikalisme serta fundamentalisme sudah mulai timbul dan menguat dilingkungan dunia pelajar belahan dunia, termasuk Indonesia.
Pendidikan akhlak, budi pekerti, dan nilai-nilai sosial dan agama merupakan jalan keluar untuk memecahkan persoalan tersebut.
“Nilai pemahaman akhlak dan budi pekerti serta agama yang kurang baik dari lingkungan atau keluarga,menimbulkan masalah baru bagi sini anak dalam proses kegiatan belajar di sekolah. Dan bahkan cenderung sikapnya tak jarang mengakibatkan kegaduhan dalam lingkungan sekolah. Kita bisa saksikan di media sosial dan elektronik kejadian guru mukul siswa dan sebaliknya. Atau orang tua melaporkan gurunya. Disinilah letak perbedaan pendidikan dibawah tahun 2000 dengan pola pendidikan zaman Now,” ungkap Dosen Universitas Negeri Jakarta, Moch Dimyati dalam Kongkow Reboan Bersama KH. Hafizhin di Kantor PCNU Jakarta Utara , Rabu (2/5/).
Menurut Kiai Hafizhin Rois Syuriah NU Jakut, kasus-kasus seperti itu, di Indonesia pada umumnya didominasi oleh pemahaman wali muris, guru, siswa, dan komite sekolah dalam membangun komunikasi kepada semua pihak yang terkait dalam dunia pendidikan. Akibatnya gejala saling lapor antara pihak sekolah, dan orang tua berimbas pada proses kegiatan belajar mengajar (KBM), disekolah tersebut.
“zaman saya sekolah SD, SMP, dan pesantren kalau yang namanya dicubit, jewer telinga hingga terkadang tangan dipukul pakai papan penggaris tak ada tuh orang tua yang marah apalagi sampai melaporkan guru ke polisi. Justru itu perbedaannya sangat mencolok dunia pendidikan Old dengan Now,” Katanya.
“Penanaman nilai agama, budi pekerti ini harus diajarkan sejak dini dan berkelanjutan kepada anak-anak mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi,” Tutur Inisiator Kongkow Reboan.
Pelajaran budipekerti, jelas dia, harus diintegrasikan dalam kurikulum pendidikan atau setiap mata pelajaran agama dan budaya, sehingga sikap hormat pada orang tua serta guru tertanam kokoh dan menyatu dalam jiwa setiap siswa.
Jurnalis: (Banu Alkaf) Editor: Romy















