JAKARTA, MEDIATRANSPARANCY.COM – Debat Capres malam ini, Sabtu 30 Maret 2019 dengan 4 tema besar yang saling terkait meliputi : Idiologi, Pemerintahan, Hankam dan Hubungan Internasional. Tim redaksi Media online berhasil menghubungi Marsekal Pertama TNI Purn Ir Muhammad Johansyah, M.Eng;M.A pengamat Hubungan Internasional (alumni Teknik Mesin dan HI UGM) dan Ketua Relawan Jokowi Ma’ruf Amin.
Tim redaksi meminta tanggapan tentang debat Capres yang telah dilaksanakan malam ini. Hasil tanggapan Johansyah mengenai debat Capres malam ini dapat kami rangkum sbb : Menurut Johansyah, masyarakat, masyarakat pemilih pada Pilpres 17 April mendatang dapat melihat secara utuh bagaimana Capres memberikan jawaban atas persoalan-persoalan yang di sampaikan pada debat malam ini dan digunakan sebagai bekal oleh masyarakat dalam menentukan pilihan Presiden 17 April mendatang.
Masalah idiologi Pancasila menurut Johansyah, kedua panelis hampir tidak ada perdebatan yang cukup menonjol dalam memberikan tafsir debat tema pertama. Dalam persepsi yang sama, Pancasila adalah kesepakatan para pendiri bangsa para pemimpin-pemimpin bangsa dari berbagai daerah, oganisasi, suku agama.
Kewajiban kita bersama untuk menjaga merawat dan menjalankan pancasila dalam kehidupan kita sehari-hari, menjalankan Pancasila dalam kehidupan berbanggsa dan bernegara .
Masalah pemerintahan menurut Johansyah bahwa Jokowi sangat tepat, dan itu sudah dilaksanakan hampir 5 tahun pemerintahan Jokowi dan saat ini, sesuai jawaban Jokowi, pemerintah telah dan terus meningkatkan pelaksanaan pelayanan publik yang berbasis elektronik, Dilan (digital melayani).
Diperlukan reformasi pelayanan publik berbasis elektronik, penajaman program dan penyederhanaan kelembagaan, peningkatan kualitas SDM aparatur negara dan reformasi tata kelola pemerintahan.
Pelayanan berbasis elektronik untuk meningkatkan efisiensi, transparansi dan mencegah terjadinya korupsi dan Inti dari pelayanan publik yang berbasis elektronik adalah kecepatan, karena kedepan negara yang cepat akan menguasai negara yang lambat.
Oleh sebab itu kita harus mempersiapkan agar negara kita harus cepat, cepat memutuskan cepat merespon perubahan yang ada, kuncinya pelayanan publik yang berbasis elektroni yang tersambung dari pusat ke daerah.
Dalam bidang Hankam, peningkatan kualitas sumber daya manusia TNI mutlak diperlukan, penguasaan teknologi senjata dan siber, dan pembangunan alut sista dalam negeri sangat diperlukan.
Dalam hal ancaman, Jokowi memberikan artikulasi tentang ancaman sangat akurat, rasional dan kontekstual, menurut Johansyah, tafsiran Jokowi tentang Hankam seiring dengan bagaimana dunia internasional memberikan tafsir tentang ancaman.
Ancaman-ancaman saat ini bukan lagi (hanya) berupa ancaman dari luar negeri yaitu ancaman perang antar negara (symmetric warfare), ancaman sekarang justru sudah bergeser dan berada di dalam negeri berupa konflik-konflik etnis, sara dan agama (asymmetric Warfare).
Istilah yang cukup dikenal dalam dunia militer adalah Proxy War dan kita masuk dalam periode ini. Menurut saya, jawaban Jokowi sangat kontekstual. Jokowi melihat ancaman-ancaman pada era Perang Dingin (1945-1991) sangat berbeda dengan ancaman Pasca Perang Dingin (1991-sekarang). Jawaban Jokowi tentang Hankam berdasarkan persepsi intelijen (Hankam, Bais, BIN) dalam memberikan tafsir tentang ancamam-ancaman terhadap negara.
Selain itu juga menurut Johansyah, persepsi itu benar, Jokowi sangat mempercayai informasi yang diberikan oleh aparat keamanan.
Kesimpulan debat Capres malam ini, Menurut Johansyah 4 materi debat (idiologi, pemerintahan, Hankam dan luar negeri), Jokowi menguasai semua permasalahan dan jawaban-jawaban yang diberikan oleh Jokowi seiring dengan tuntutan masyrakat tentang pelayanan publik yang (cepat, tepat dan transparan) dan persepsi dunia internasional tentang ancaman-ancaman terhadap negara (Asymetric Warfare). Jokowi telah dan terus memberikan arah yang tepat benar tentang kelangsungan pembangunan Indonesia untuk mensejahterakan masyarakat.
Penulis : Ir Muhammad Johansyah; M.Eng;M.A
Editor : Aloysius