banner 728x250

Kemendikbud Kirim 53 Tenaga Pengajar Bahasa Indonesia ke Luar Negeri

Foto: Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy saat penutupan pembekalan tenaga pengajar BIPA untuk luar negeri masa tugas 2017, di Sentul, Bogor
judul gambar

SENTUL, MEDIATRANSPARANCY.COM – Pengiriman tenaga pengajar Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) untuk luar negeri bukan sekedar sukses mengajar bahasa Indonesia. Diharapkan, para tenaga pengajar yang dikirimkan dapat menjalankan misi khusus, yakni diplomasi lunak melalui bahasa.

Demikian disampaikan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy saat penutupan pembekalan tenaga pengajar BIPA untuk luar negeri masa tugas 2017, di Sentul, Bogor, Jumat (2/2/17).

judul gambar

“Saudara ini ibarat pasukan tempur bukan hanya mengajar Bahasa Indonesia saja. Ada membawa misi diplomasi budaya Indonesia, untuk pertahanan bangsa dari luar negeri, melalui diplomasi bahasa,” tegasnya.

Menurut Mendikbud, dalam teori perang, pertahanan terbaik adalah dengan menyerang. Demikian pula diplomasi, jika mau memenangkan diplomasi maka haruslah melakukan penetrasi nilai-nilai ke negara lain.

“Jadilah petempur dengan mengajarkan bahasa Indonesia dan nilai-nilai budaya yang kita miliki. Jangan sampai nilai-nilai budaya negara lain saja yang masuk ke negera kita,” jelasnya.

Sebanyak 53 tenaga pengajar Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) dikirim ke luar negeri, yaitu 28 orang yang diantaranya ditempatkan di negara Filipina, Kamboja, Myanmar, Thailand, Vietnam, dan Timor Leste.

Kepala Badan dan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Dadang Sunendar mengungkapkan, khusus Thailand mendapatkan porsi lebih banyak, yaitu sebanyak 12 orang, karena adanya antusiasme dari Thailand untuk mendorong generasi muda disana mempelajari bahasa Indonesia.

“Kita kirimkan lebih banyak ke Thailand, ada 12 orang karena negara tetangga itu paling gigih mendorong generasi mudanya untuk belajar bahasa Indonesia,” katanya.

Kemudian, kata Dadang,pengajar BIPA juga dikirimkan ke wilayah Amerika, Eropa, dan wilayah Aspasaf (Asia, Pasifik dan Afrika) yang diantaranya masing-masing empat tenaga pengajar untuk Italia, Jerman, Prancis, dan Rusia.

“Enam pengajar untuk negara Mesir, dan 21 orang untuk wilayah Aspasaf,” tambah Dadang.

Menurut data Pusat Pengembangan Strategi dan Diplomasi Kebahasaan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbud, rencananya, pada tahun 2017, sejumlah 220 tenaga pengajar BIPA secara keseluruhan dikirimkan ke luar negeri dan sebanyak 167 orang telah memperoleh pembekalan sebelumnya. Nantinya, semua pengajar bertugas selama empat bulan, dan dapat diperpanjang sesuai kesepakatan lembaga sasaran.
“Saya ucapkan selamat atas terpilihnya saudara jadi guru bahasa Indonesia bagi penutur asing untuk luar negeri,” katanya.

Dadang menambahkan, bahwa kegiatan ini adalah bagian dari diplomasi budaya dan bagian dari strategi pertahanan yang dilakukan dalam rangka menjaga integritas dalam kaitan dengan dunia luar.

Menurut Mendikbud, pada dasarnya, hubungan antar negara mencakup hubungan diplomasi perang dan lunak. Pada bentuk diplomasi lunak, budaya sebagai wujud diplomasi lunak.

Sekarang, lanjutnya, negara sedang menangkal budaya luar yang mengancam keberadaan budayabangsa Indonesia.

Diharapkan juga nanti dapat menawarkan nilai agung kita untuk negara lain, jadi paling tidak bisa mengadopsi berbagai hal di Indonesia seperti nilai demokrasi, nilai-nilai Ke-Islaman yang toleran sebagai negara yang pemeluk agama Islam yang dominan, memperkenalkan kelebihan negara yang penuh kekayaan eksotik. Bahkan, ke depan, menjadikan industri wisata jadi peringkat satu, naik dari ranking lima untuk penyumbang pendapatan negara Indonesia.

Mendikbud mengakhiri kunjungan kerjanya dengan berkeliling di Pengembangan Strategi dan Diplomasi Kebahasaan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbud. Salah satunya, Menteri yang pernah mengemban pendidikan pertahanan negara di Washington DC ini mencoba mengintrepretasi pidato Presiden Joko Widodo di ruang Conference dan Interpretee System. Ada tiga pilihan bahasa yang disediakan yaitu bahasa Inggris (pilihan pertama), Bahasa Sunda (pilihan kedua), dan Bahasa Batak (pilihan ketiga).

“Jadi ini yang terjemahkan pidato Presiden kedalam bahasa Sunda, bahasa Batak tadi, bagus-bagus. Semoga ke depan bisa lebih banyak lagi bahasa kita yang diterjemahkan supaya dikenal,” kata Muhadjir.

Ebenezer Sihotang
judul gambar

Leave a Reply

Your email address will not be published.