banner 728x250

NU JAKUT TOLAK PAHAM RADIKALISME

judul gambar

JAKARTA, MEDIATRANSPARANCY .COM – Dalam rangka menyambut bulan Ramadhan, NU Jakarta mengelar  kegiatan Diskusi Gelar Tiker yang bertema Islam dan Peradaban. Diskusi yang menghadir nara sumber yang berkompeten dalam bidangnya seperti, Alamsyah Djafar,  Hasibullah Satrawi dan Moch. Dimyati, Sabtu (12/5) malam, memunculkan acara tanya-jawab menarik dari peserta yang hadir.

Dalam acara yang digelar oleh Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama  (PCNU)  Jakarta Utara, itu muncul sebuah pertanyaan menarik dari seorang peserta, yaitu apakah jihad itu harus membunuh meski agamanya sama dan mengapa paham radikalisme di Indonesia dilarang. Pertanyaan itu diajukan oleh Sadam, anggota Banser  PAC Koja.

judul gambar

Menjawab pertanyaan tersebut, Alamsyah Djafar menjawab paham Radikalisme, adalah paham atau ideologi yang menuntuk perubahan dan pembaruan sistem sosial dan politik dengan cara kekerasan. Secara bahasa kata Radikalisme berasal dari bahasa Latin, yaitu kata “radix” yang artinya akar.

Para narasumber acara Gelar Tiker PCNU Jakarta Utara

Ensensi dari radikalisme adalah sikap jiwa dalam mengusung perubahan. Tuntutan perubahan oleh kaum yang menganut paham ini adalah perubahan drastis yang jauh berbeda dari sistem yang sedang berlaku.

Dalam mencapai tujuannya, mereka sering menggunakan kekerasan. Radikalisme sering dikaitkan dengan terorisme, karena mereka akan melakukan apa saja untuk menghabisi musuhnya. Radikalisme sering dikaitkan dengan gerakan kelompok-kelompok ekstrim dalam suatu agama tertentu.

“Berdasarkan pemahaman tersebut, sangat wajar kalau pemerintah Indonesia melarang perkembangan paham Radikalisme. Dengan diskusi pada malam ini,  saya berharap kepada pengurus cabang,  Badan otonom, dan Lembaga untuk bersama menangkal bahaya paham tersebut,” katanya.

Alamsyah, mengajak seluruh kader NU Jakarta Utara untuk mewaspadai terorisme bukan dari ciri-ciri fisik seseorang, melainkan sikap dan pemahamannya tentang agama dan bernegara.

“Lihatlah sikapnya. Islam tidak mengajarkan radikalisme (yang mengarah ke terorisme). Jika mengaku Islam tapi mudah mengkafirkan orang lain, merasa paling benar, menyebar kebencian dan melakukan kekerasan, itu baru terorisme,” tegasnya.

Dalam kesempatan yang sama Alamsyah membeberkan sejumlah bukti Islam dan agama lain di Turki, negara yang menjadi kiblat kelompok pro-radikal terorisme di Indonesia, justeru bisa hidup rukun.

“Kader NU Jakut harus kritis. Jangan mudah dibodohi, diadu domba dan diajak bergabung dalam kelompok radikal terorisme,” pesannya.

Kegiatan Gelar Tikar, dihadiri seluruh pengurus Cabang,  Banom, Lembaga, Kapolres,  Walikota dan kader NU Jakarta Utara.

Jurnalis: ( Banu Alkaf)

Editor: Romy
judul gambar

Leave a Reply

Your email address will not be published.