banner 728x250

Sejatinya Kota Dumai Menghadap Kemana?

judul gambar

Dumai, Media Transparancy.com – Pengantar Catatan Akhir Tahun,  05/12/23. PROVINSI Riau bolehlah berbangga punya dua kota ikonik, yaitu Kota Pekanbaru dan Kota Dumai, yang kini sudah terkoneksi jalan bebas hambatan. Dua-duanya bersejarah, dan punya bandara. Kota Dumai bahkan lebih unggul dengan fasilitas pelabuhan internasional.

Pesan akhir tahun 2023, dan untuk meramaikan tahun politik 2024. Nampaknya semua sudah serba bisa dijual, dikampanyekan, apalagi untuk merebut simpati masyarakat, dan berdampak elektoral. Bagi para calon anggota legislatif atau calon kepala daerah, sudah saatnya memikirkan dan menawarkan gagasan untuk membangun kembali kota Dumai _(rebuilding)_ masa depan.

judul gambar

Membangun kembali Dumai masa depan, seperti menumbuhkan ingatan, serta kenangan masa lalu, dengan menjawab pertanyaan, “Sejatinya kota Dumai menghadap kemana?”

Ini pertanyaan penting, sebab ibarat rumah besar, rumah itu menghadap ke laut, atau ke darat? Ke utara atau ke selatan? Selama ini di depan halaman rumah bernama kota Dumai itu bersilangan instalasi obyek vital nasional (terutama migas), bahkan proyek strategis nasional yang kehadirannya dirasa belum memberikan kontribusi yang signifikan bagi kesejahteraan masyarakat Dumai.

Di sektor migas, Dumai terlanjur asik disibukkan soalan-soalan hilir _(downstreams)_. Sementara sejarah panjang eksplorasi dan eksploitasi minyak dan gas bumi di Riau, Dumai adalah daerah penghasil _(upstreams)_. Perbedaan tafsir status ini yang kemudian membuat Dumai berpuluh tahun tidak menerima DBH migas sebagaimana diharapkan.

Awal November lalu, melalui media, saya membaca Pemerintah Kota Dumai bersama Tim Perjuangan Dana Bagi Hasil (DBH) Migas dan masyarakat menggelar acara syukuran dan doa bersama di Balai Adat Lembaga Adat Melayu Riau (LAMR) Kota Dumai.

Helat mulia tersebut dilaksanakan atas keberhasilan perjuangan para pihak terkait untuk mendapatkan DBH sektor minyak dan gas bumi dari Kementerian Keuangan RI senilai kurang lebih Rp300 miliar, melalui UU Nomor 1 Tahun 2022 tentang Hubungan Keuangan Pusat dan Daerah.

Sebagai orang Riau, tentu saya ikut bangga, atas keberhasilan teman-teman perjuangan di Dumai, saya jadi ingat beberapa kali ikut hadir dalam rapat-rapat dan pertemuan, termasuk Rapat Dengar Pendapat dengan DPRD Kota Dumai, sebagai narasumber pada awal-awal perjuangan bersama tokoh muda berambut perak Agus Budiyanto.

Keberhasilan itu tentu pantas disyukuri. Dan memberi kekuatan baru, sebab perjuangan yang lebih besar sudah menunggu. Kepada Walikota Dumai, H. Paisal saya tak lupa mengucapkan tahniah.

Dan kepada seluruh pihak yang terlibat langsung maupun tak langsung dalam perjuangan mendapatkan DBH Migas 1 persen untuk Dumai, saya juga mengucapkan tahniah. Semangat mengembalikan, “kehormatan kepada yang berhak” tak boleh pupus. Dan tak ada yang boleh saling mengecilkan peran.

Di tengah situasi dan konfigurasi politik yang padat kepentingan, segenap elemen masyarakat kota Dumai seyogyanya tetap menjaga persatuan dan kesatuan. Perjuangan masih berlanjut, diperlukan sinergitas tanpa batas. Bersama, pasti bisa. Kaji ulang kebijakan atau regulasi strategis yang berkaitan dengan Dumai. Termasuk teman-teman di badan riset dan inovasi daerah.

Setiap perjuangan menyangkut Undang-Undang berarti perjuangan politik. Karenanya mengedepankan politik gagasan adalah keniscayaan. Membangun kembali Dumai memerlukan tempatg berpijak, dengan fondasi kuat. “Menghadap kemana” itu berarti menentukan kiblat, kemana arah pembangunan kota Dumai ke depan. Dengan arah, Dumai akan menjadi kota yang bermarwah, dan mewah.

Penulis: WawanEditor: Fitri
judul gambar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *